Selasa, 03 Juli 2012

Teruntukmu Malam


Dan malam semakin larut keheningannya pun menyeruak menggantikan kebisingan deru mesin bergemuruh. Sepi, sendiri, sunyi, dingin, kelam, dipenuhi imaji akan jiwa yang tlah lelah tuk berjalan menggapai asa tak bertepi. Jarum jam terus berdetak melingakar pada porosnya, dan tertuju pada waktu yang tak mampu ditebak kebenarannya. Membawa pada senja bersama semburat jingga di langit, dan seketika tergantikan oleh purnama bersama taburan berjuta2 bintang memenuhi galaksi. Dan jagat raya nampak begitu indah dengan mata dan hati ketika mereka menyatu dalam satu waktu yang mengikat.
Kepadamu malam, ini semua hanyalah kisah diantara imaji akan mimpi2 menjemput mentari, kau tak akan pernah menemukanku, begitu pula aku. Kita tak memiliki alasan untuk berjumpa disaat nyata membuka mata kita untuk terjaga. Kita bukan bagian dari nyata lekat dengan harap untuk bertatap. Dalam satu ruang dan waktu kita berada namun disini kita saling berdiri, menantang matahari ditempat bersekat takdir yang tak mungkin tuk dipersatukan. Tak ada janji tuk diingkari, hanyasaja mimpi membuai asa yang tak mampu tuk bersama. Hidup memiliki berjuta cara untuk mempertemukan, namun hanya ada takdir untuk bertatap nyata, dan itu bukan milik kita. Setidaknya kita bernaung beratapkan langit yang sama, dan bersapa batas.
Disini aku yang telah lelah, hanya sanggup menatap semu haru beriring harap. Segala kian tak bertepi, memutar seperti lingkar kabut andromeda. Walau mentari yang kita nikmati adalah satu dan sama, namun keberadaan kita terbatas oleh alasan mengapa. Inilah nyata yang kita punya, diantara mimpi2 yang membuai bualan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar