Sabtu, 28 Juli 2012

Kepada Malam


masih lekat di angan, ketika dalam letih ku meniti hari, ingin tubuh merebah terbayang mimpi, namun nyanyian malam menyeruak bersama senyummu, menggoda mata untuk tetap terjaga, nikmati kelam yang semakin memikat fajar menyingsing. hati enggan beranjak dari tempat semula ku menatap segala keindahan, segala yang memikat sunyi dan menyekap sepi. hati yang merana tak lagi bersimpuh lara, lekukan bibir menari dalam riang, tak tertoreh imaji akan perih yang merajam bagai belati yang haus akan kematian. dalam malam bersenandung lirih tentang cinta, dimana ada kisah yang entah bagaimana kan terukir diantara dua jarak yang sesungguhnya berada dalam satu rasa, namun terpisah takdir. yang mengalun senja dan dinginnya angin menghembus nafas-nafas kehidupan. 
namun, waktu tak menetapkannya sebagai keabadian. kini lagi-lagi sepi menyapa setiap malam kelam menjelang sebelum purnama benar-benar tiba di peraduannya. yang ku saksikan kini hanyalah sepi yang terus dan terus saja mengoyak asa, kala batin menjerit diantara wajah berhias tawa layaknya bunga bermekaran di musim semi. kini harum bunga tak lagi mewangi seperti musim semi tiba menyapa bumi, kisah berlalu seperti angin yang meninggalkan sisa-sisa debu bertaburan di ruang yang mulai usang ini. bersarang laba-laba yang menua pada waktu yang begitu cepat berlari. bersenandung lirih bernadakan rindu yang menggebu dan terus saja tersimpan dalam kotak tua yang terkunci rapat. 
dan nyata harus berawal ketika takdir membangunkan dari mimpi indah semalam, mengakhiri segala kenimatan yang begitu memikat dan lekat pada imaji muda yang bergejolak. terngiang senandung yang terus saja menceritakan kerinduan erat menggenggam jiwa terkoyakkan oleh suratan. berencana untuk sebuah alasan, namun tak sejalan dengan restu 'penguasa segala era'.
Rangkaian nada nada ini masih saja mengalun dalam benak, memahat jelas rindu yang tak kunjung pergi dari peraduannya. Masih ada satu harap tuk kembali, kembali pada malam bertatap harap, mengkikis sepi. Dan kepadamu malam, rindu ini memiliki nama yang tertuju padamu, terlumat pada asa yang terus saja membayang sendu semu wajah imaji, pada jarak yang tak mungkin berada dalam satu, berseberangan tatap mata tertuju, melukis lekukan bibir gairah senja dengan pelangi yang menghiasi mata memandang, dan purnama sebagai lentera dikala kelam datang menikam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar