Menyusuri waktu yang tak memiliki tepian tanpa batasan
meniti hingga ajal menjelang. Menyaksikan segala peristiwa nyata terjadi
melalui pupil-pupil mata yang kian muak dengan segala keangkuhan para jahanam
penindas dengan murka akgkara. Layaknya iblis membabi buta segala
tragedi, segala yang ada, siasat licik rampas kepuasan lain yang notabene bukan
menjadi miliknya. Nurani dibutakan oleh ego meraja dalam logika menyekap
melaikat surga berkata. Mengindahkan segala laknat dunia berkata. Memaksanya yang
seharusnya tak ada menjadi ada dengan segala keindahan yang sesungguhnya kelam
adanya. Semu impian yang terampas angkara murka para jahanam yang nyata dalam
dunia yang semakin memuakkan, hanya mampu berbatas imaji senja yang terus saja
membelai kenikmatan.
Penjilat selalu berdatangan silih berganti, bermabuk anggur
gemerlap emas dan berlian dunia. Nyata yang ada tak lagi diindahkan dengan
bisikan malaikat surga yang sesungguhnya menggema dalam batin mengerang. Logika
terpaku pada satu keindahan dunia yang suatu saat nanti akan habis dimakan
masa. Dan keindahan itu bukan milik dari bawahan, namun atasan dengan kuasa,
tanpa kunjung puas dengan apa yang ada dalam kantong-kantong kenikmatan.
Disini potret ironi hidup bergejolak diantara hinanya. Disaksikan
milyaran umat yang berserah kepadaNya kala hidup tak mengindahkan harap pada
satu titik penghabisan. Dengan segala yang tlah terampas mencoba tuk bertahan
hidup tanpa rengkuhan para pemilik kursi-kursi mewah dan gedung-gedung sajikan
kenyamanan dengan gelimpangan bengis tak bertepi, hanya ada kemunafikan dari
wajah-wajah yang bersuara malaikat, dan yang nantinya berujung pada kenikmatan
pribadi. Percuma saja mendengar dan memilih, bila rintihan hati bersekat tembok
baja tebal tak tertaklukan oleh apapun.
Seperti bermain api diantara sejuknya nafas-nafas yang rindu
terhadap apa yang seharusnya menjadi miliknya. Mereka tiada peduli dengan tangan-tangan
yang menengadah diantara hirukpikuknya kemurkaan para penguasa kenikmatan
dunia. Dikala yang lain hanya bernikmat nasi aking, para kumpulan jahanam
bernikmat nasi import. Dan hanya mampu mengelus dada melihat yang terjadi yang
kan menjadi tragedi memilukan. Semoga saja ada setitik cahaya diantara gelap
yang terlalu pekat dan membutakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar